Aug 27, 2015

#9 : Him

Seperti hari Minggu biasanya, aku pergi ke sekolah dan berlatih basket selama 4 jam lamanya. Terik matahari menerkam seluruh tubuhku hingga senja hampir menyambut. Namun kali ini, ada yang beda dari biasanya. Di pinggir lapangan di sudut bangku itu ada dia.

***

Latihan selesai lebih lama dari biasanya, karena pertandingan akan segera di mulai minggu depan. Ku lihat di sudut itu, dia masih di sana, diam sambil mengamati. Aku tak bisa berhenti menerka apa yang ia lakukan, atau siapa yang ia tunggu.

Saat akhirnya mata kami bertemu dia melemparkan senyuman hangat ke arahku. Aku membalas senyumnya dan segera mengambil tasku, menghampirinya sebelum aku mati penasaran.
"Hai!" sapaku bersemangat.
"Hai Ran," balasnya, dan sebelum aku sempat bertanya ia sudah terlebih dulu melanjutkan, "...gue mau ngomong sebentar sama lo."
Sejujurnya, hal ini malah membuatku semakin penasaran. Tapi reaksi yang kumunculkan hanyalah anggukkan kepala.
"Lo gak buru-buru pulang kan?" "Nope." jawabku sambil duduk di sampingnya.

Aku menunggu sampai ada kata berikut yang muncul dari bibirnya, namun tidak ada yang keluar. Sampai batas kesabaranku habis aku pun akhirnya bertanya, "ada apa Dam?"
Dia memalingkan wajahnya ke arahku dan seketika itu juga kalimat itu meluncur dari mulutnya, "gue sayang lo Ran."

Diam.

Hening.

Sunyi.

Pikiranku terpaku pada apa yang dikatakannya dan sebelum aku sempat mengeluarkan kata-kata, ponsel Damar berdering. Ia tersentak dan kemudian segera beranjak dari duduknya, bicara dengan suara di seberang sana.

Entah apa yang melayang dipikiranku sekarang ini, aku benar-benar tidak bisa memahaminya. Terlalu banyak tanda tanya berkecamuk. Cukup lama aku melihatnya berbincang melalui telepon sampai akhirnya ia kembali duduk dengan wajah yang berubah muram. Melihatnya semakin membuatku bisu.

Tanpa basa-basi Damar pun akhirnya menjelaskan dengan suara lesu bahwa tadi kekasihnya, Kiera, memakinya melalui telepon dan sekarang ia dipaksa untuk menemui gadis itu. Aku tahu ia enggan. Aku pun enggan untuk melihatnya pergi sekarang meninggalkan aku.

Tapi....

Tapi, aku pun hanya mampu tersenyum sambil menepuk punggungnya lembut, kemudian berkata, "pergi Dam, dia pacar kamu kan?" meski kamu bilang kamu sayang aku.

No comments:

Post a Comment