Aug 27, 2015

#9 : Him

Seperti hari Minggu biasanya, aku pergi ke sekolah dan berlatih basket selama 4 jam lamanya. Terik matahari menerkam seluruh tubuhku hingga senja hampir menyambut. Namun kali ini, ada yang beda dari biasanya. Di pinggir lapangan di sudut bangku itu ada dia.

***

Jan 10, 2015

#8 : I Lose, Again

Melaju dari rumah Kiera sesegera mungkin. Itu saja yang ada di dalam pikiranku saat ini. Setelah gadis itu menutup pintu mobil aku melesat ke tempat di mana Glenn hendak menemuiku.
Ku buka selularku dan segera mengirim pesan singkat padanya.

jam 5 tempat biasa kan?

lo dateng?

one on one.

okay.

Gue gak akan nyerahin dia gitu aja Glenn, kata-kata ini mengiang di kepalaku semenjak aku melihat Sara tadi siang.

***

Jan 8, 2015

#7 : Kencan

"Aku bentar lagi sampe Ki.."
"Lama kan..."
"Maaf tadi macet"
"Alasan mulu...!" segera aku tutup teleponnya sebelum ia berasalan lagi.

***

Aug 10, 2014

#6 : Dia dan Dia

Aku pikir dulu ia mencintai sahabatku. Ah, bukan Gar, dia bukan sahabat lo lagi, rutukku sendiri. Tetapi kesediaan gadis itu untuk menjadi kekasihku sudah menjadi bukti bahwa dugaanku salah. Entah mengapa, belakangan ini bayangan tentang dia berkelana di pikiranku. Padahal aku sudah berpaling, aku sudah melupakan segalanya yang terjadi 1-2 tahun silam. Atau mungkin karena aku belum pernah memaafkan diriku, Dominikus Digar Nughoro, karena torehan masa laluku sendiri.

***

Jun 3, 2014

#5 : Masa Lalu

"Lo gak bisa main tonjok gitu aja dong Dam!" bentak Sara tepat di depan mukaku.
"Tapi Ra...dia..." aku membela diri hendak memberikan penjelasan padanya, tetapi ia segera menyela omonganku, "Gue gak peduli lo mau ngomong apa! Gue kira lo sahabat gue, tapi lo malah nyakitin orang yang gue sayang..! Lo tega Dam.."
"Raa...gue gak maksud sama sekali..."
"Pergi Dam. PERGI!"

***

Apr 28, 2014

#4 : Sebuah Senyum

"Ra, ayoo kantin Raa..."
"Iya sabar Ran, baru juga bel.. Loh Damar mana?" tanyaku heran seraya melihat bangku di depanku tak berpenghuni.
"Udah keluar..tau tuh tadi langsung loncat keluar"
"Ohh..."
"Ayoo ah..nanti kalo ngantri gue males Ra.." kata Rana sembari menarik tanganku.

***

Apr 1, 2014

#3 : Isi Hati Rana

Sahabat bagiku hanya ilusi. Dulu, tepatnya. Karena sekarang aku punya mereka, Sara dan Damar. Mereka yang mengisi hari-hariku dan mengubahnya menjadi pengalaman-pengalaman yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, saat aku masih terkurung dengan kesendirian. Kesendirian karena ditinggalkan dan meninggalkan terlalu sering. Sampai di titik ini, aku merasa enggan untuk beranjak sekali lagi. Aku memilih untuk diam, memilih untuk menetap sejenak. Setidaknya untuk menyisakan bekas-bekas yang berarti dalam hidupku ini. Dan sejak menginjak usia dewasa, aku, Ranaya Adinda, memiliih untuk tinggal jauh dari kedua orangtuaku.

***