Melaju dari rumah Kiera sesegera mungkin. Itu saja yang ada di dalam pikiranku saat ini. Setelah gadis itu menutup pintu mobil aku melesat ke tempat di mana Glenn hendak menemuiku.
Ku buka selularku dan segera mengirim pesan singkat padanya.
jam 5 tempat biasa kan?
lo dateng?
one on one.
okay.
okay.
Gue gak akan nyerahin dia gitu aja Glenn, kata-kata ini mengiang di kepalaku semenjak aku melihat Sara tadi siang.
***
***
Ku lihat lapangan itu masih sama seperti 1-2 tahun lalu. Tidak banyak yang berubah dari tempat ini. Tempat yang biasa aku datangi setiap jumat sore bersama sahabat-sahabatku di SMP. Di tempat ini pula, kenangan aku bersama Sara menjadi serpihan yang terbuang. Ya, aku masih tidak bisa melepaskan bayangannya dari pikirku, semenjak tadi siang, melihatnya membawa aku kembali ke 2 tahun yang lalu. Kembali pada masa di mana aku jatuh cinta pada dia yang diam dalam dunianya sendiri.
Lamunanku terhenti ketika aku dengar dentuman bola basket. "Siap Gar?" tanyanya menantang.
"Sure. Let's start." jawabku tanpa ragu. Glenn datang bersama dengan Rayi dan Mario, teman semasa SMP-ku. "Peraturan seperti biasa, setengah lapangan, bola menang, 15 poin, deal?" Mario menjelaskan padaku dan Glenn. Sepertinya mereka tahu juga, bahwa pertandingan ini untuk memperebutkan Sara. "Deal." jawabku hampir bersamaan dengan Glenn.
Bola jatuh ke tanganku. 3 poin untuk tembakan pertamaku. Terus sampai 8 poin pertama aku berhasil membuat Glenn kelabakan. Sampai akhirnya ketika ia berhasil memblokir tembakanku. Bola ada di tangannya sekarang. Ku lihat skill bermainnya berkembang dibanding SMP dulu dan ia berhasil menyusul dengan 3 tembakan three-point. Kedudukan 9-8 untuknya.
Sebelum ia berhasil memasukkan bola lagi, tiba-tiba ada mobil memasuki pelataran. Kami berdua berhenti. "Time out," Rayi berteriak dari pinggir lapangan. Kami berempat memandang ke arah mobil itu, memperhatikan siapa yang datang. Tak ku sangka dari balik pintu itu ada seorang perempuan, dengan rambut sebahunya menuju ke arah kami.
"Hai...," sapanya.
"Hai...," kami semua membalas dengan masih sedikit terkejut.
"Can I speak to Digar for a minute?" tanyanya halus dengan senyuman.
"Ada apa?" jawabku sedikit ketus. Entah mengapa tiba-tiba aku bersikap seperti ini.
"Sebentar, soal tadi."
Menjauh dari ketiga temanku, aku menarik tangannya ke dekat mobilnya. "Kenapa Ra?"
"Sejak kapan sama Kiera?" tanyanya langsung.
"Setengah tahun kira-kira, kenapa? Kamu cemburu?"
"Hah? Sorry ya Gar, gak mungkin aku cemburu. Udah cukup dulu kamu nyakitin aku, dan sekarang gak perlu kamu nyakitin Damar juga." jawabnya dengan nada meninggi.
"Maksud kamu?"
"Kiera masih sama Damar, apa kamu gak tahu?"
"Mereka udah putus. Itu yang aku tahu."
"Siapa yang bilang? Kiera? Kamu percaya sama gadis itu dibanding aku, Gar?"
"Dia pacar aku Ra. Aku jelas lebih percaya dia sekarang." jawabku dengan penekanan.
"Okay, aku ngerti, tapi jangan salahin aku kalau Damar nonjok kamu lagi." ia lalu masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi.
Kepalaku pening. Aku bingung sekarang siapa yang berbohong. Yang pasti Sara sudah berhasil membuat aku kalut dengan perasaanku sendiri. Jawabannya mengenai kecemburuan itu membuat aku sakit hati entah mengapa. Aku kembali ke lapangan dengan lunglai. Mario segera menghampiriku, "are you okay Gar?" "I have to go, now." jawabku tanpa melihat ke arah Glenn dan segera menuju mobilku melaju pergi dari tempat ini.Sebelum ia berhasil memasukkan bola lagi, tiba-tiba ada mobil memasuki pelataran. Kami berdua berhenti. "Time out," Rayi berteriak dari pinggir lapangan. Kami berempat memandang ke arah mobil itu, memperhatikan siapa yang datang. Tak ku sangka dari balik pintu itu ada seorang perempuan, dengan rambut sebahunya menuju ke arah kami.
"Hai...," sapanya.
"Hai...," kami semua membalas dengan masih sedikit terkejut.
"Can I speak to Digar for a minute?" tanyanya halus dengan senyuman.
"Ada apa?" jawabku sedikit ketus. Entah mengapa tiba-tiba aku bersikap seperti ini.
"Sebentar, soal tadi."
Menjauh dari ketiga temanku, aku menarik tangannya ke dekat mobilnya. "Kenapa Ra?"
"Sejak kapan sama Kiera?" tanyanya langsung.
"Setengah tahun kira-kira, kenapa? Kamu cemburu?"
"Hah? Sorry ya Gar, gak mungkin aku cemburu. Udah cukup dulu kamu nyakitin aku, dan sekarang gak perlu kamu nyakitin Damar juga." jawabnya dengan nada meninggi.
"Maksud kamu?"
"Kiera masih sama Damar, apa kamu gak tahu?"
"Mereka udah putus. Itu yang aku tahu."
"Siapa yang bilang? Kiera? Kamu percaya sama gadis itu dibanding aku, Gar?"
"Dia pacar aku Ra. Aku jelas lebih percaya dia sekarang." jawabku dengan penekanan.
"Okay, aku ngerti, tapi jangan salahin aku kalau Damar nonjok kamu lagi." ia lalu masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi.
"Gue menang Gar, sorry, I only do one match" teriak Glenn dari kejauhan. Aku hanya menoleh sesaat dan pergi membuang muka tanpa kata-kata. Aku menyerah. Memang sudah seharusnya aku tidak berurusan lagi dengan Sara. Tapi, apa benar begitu? tanyaku dalam hati.
No comments:
Post a Comment