Jan 8, 2015

#7 : Kencan

"Aku bentar lagi sampe Ki.."
"Lama kan..."
"Maaf tadi macet"
"Alasan mulu...!" segera aku tutup teleponnya sebelum ia berasalan lagi.

***


Sudah satu jam lebih aku menunggu dijemput kekasihku yang satu ini. Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan keterlambatannya, tapi entahlah, hari ini mood-ku sedang tidak baik. Kami berdua berjanji untuk makan siang bersama di restoran favoritnya, di bilangan Kemang, tak jauh dari rumahku. Aku sangat menantikan setiap saat aku bersamanya. Tapi aku tidak merasakan itu pada dirinya. Kadang aku merasa aku hanya tempat pelariannya saat dirundung kebosanan.

Mobil itu mengeluarkan suara "TIINN". Akhirnya, pikirku sembari menghela napas. Aku segera keluar, memasuki mobil setelah ia bukakan pintu untukku. Inilah yang membuatku berulang kali jatuh hati padanya. Ia gentle. "Sorry yaa lama," katanya membuka pembicaraan. "Iyaa gapapa kok," jawabku sudah lebih santai.

Setibanya aku di tempat makan, aku dan dia hendak duduk di tempat yang biasa kami tempati, tetapi di sana ada seorang gadis. Rambutnya sebahu, warnanya kecoklatan, perawakannya kecil. Gadis itu duduk dengan headset di telinganya dan buku di tangannya. Sesaat aku seperti mengenalinya, dan ketika ia menolehkan kepalanya, aku membenarkan terkaanku. Sara.

"Eh, hai..." sapanya sedikit tersentak, begitu juga aku dan lelaki di sebelahku.
"Hai Ra.." balasku bersamaan dengan kekasihku.
Ada kecanggungan di sana, saat ia menyapa sambil menatap mata gadis itu. Aku cemburu. Tapi aku memilih diam.
Sara bersuara lagi, "you guys wanna sit here?" sambil menunjuk kursi yang didudukinya sedari tadi.
"No, it's okay Ra.." segera kekasihku menyahut, tapi aku berkata sebaliknya, "iyaa, boleh gak Ra?"
Tatapan heran dari lelaki di sampingku ini membuatku membuang muka.
"Boleh Ki, gue pindah aja gapapa kok.." jawabnya sambil tersenyum. Entahlah, aku tak ingin mengartikan senyum itu. Yang pasti hatiku saat ini berdegup sangat cepat. Ada berbagai rasa berkecamuk di dalamnya, amarah, cemburu, juga ketakutan.
Segera setelah itu, Sara bangkit dari duduknya dan pindah ke dekat pintu masuk, jauh dari kami, jauh dari kesempatan untuk melihat ke arah kami. Kami pun duduk di tempat biasa, seperti biasa, tetapi tidak dalam suasana seperti biasanya.

Aku menatap lelaki di hadapanku. Gelagatnya menimbulkan kecurigaan. Aku tetap saja memilih diam, tak ingin bertanya mengapa. Sampai saat aku menghabiskan makananku, ia tetap mengunci rapat mulutnya. Aku tahu, pasti ada percikan masa lalu di hatinya. Tetapi aku tidak ingin mengakuinya.

Aku terdiam sampai akhirnya ia mendongakkan kepalanya dan ketika akhirnya mata kami bertemu, ia hanya berkata, "pulang yuk Ki..."
Pulang? aku menggerutu dalam hati. Seharusnya seharian ini aku bersama dia, ia janji untuk mengajakku nonton dan belanja, tapi ia meminta pulang. Aku kesal jujur saja.

Sesampainya di depan pagar rumahku, aku segera turun, membanting pintu mobilnya, dan hilang ke dalam rumah. Ku dengar mobilnya segera melaju kencang sesegera setelah aku menutup pintu. Aku bertanya dalam hati, ada apa sih Gar?

No comments:

Post a Comment