Jun 3, 2014

#5 : Masa Lalu

"Lo gak bisa main tonjok gitu aja dong Dam!" bentak Sara tepat di depan mukaku.
"Tapi Ra...dia..." aku membela diri hendak memberikan penjelasan padanya, tetapi ia segera menyela omonganku, "Gue gak peduli lo mau ngomong apa! Gue kira lo sahabat gue, tapi lo malah nyakitin orang yang gue sayang..! Lo tega Dam.."
"Raa...gue gak maksud sama sekali..."
"Pergi Dam. PERGI!"

***


Ah bayangan itu lagi.
Belakangan ini aku teringat akan masa lalu, yang bagiku cukup kelam. Tiap aku mengingatnya aku serasa ditampar oleh kenyataan dan realita. Serasa diolok-olok oleh waktu, yang kini sudah tak mungkin bisa ku raih lagi. Oleh masa lalu itu, aku dihantui rasa bersalah berulang-ulang kali. Sekarang, meski mungkin terlambat, tapi cuma sisa waktu ini yang aku punya untuk menebusnya.

"Dam, Dam...DAM!" teriak Rana sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku, membuyarkan lamunanku.
"Haaa... Apaa?" "Itu, jawab di depan. Giliran lo.."
Aku melihat di papan tulis sudah terdapat soal yang disediakan untuk aku menjawabnya. Aku segera bangkit dan mengerjakannya di depan. Sesekali aku menoleh ke bangku belakang, dua perempuan itu terlihat sangat heran dengan sikapku, mungkin pula membicarakannya. Aku sendiri kemudian teringat candaanku tadi saat di kantin. Apa itu berlebihan? Aku tak yakin, tapi yang pasti Sara memikirkannya. Sedari tadi wajahnya itu seolah mencari-cari jawaban dari mulutku. Tetapi aku tetap diam, sampai setidaknya ada waktu aku bisa menjelaskannya padanya, tanpa perlu ada Rana. Aku tak ingin ia tahu sekarang. Ia tak perlu tahu, sekarang, mungkin nanti.

Setelah menjawab soal, aku segera kembali ke tempat dudukku. "Tumben," celetuk Sara setelah aku kembali.
"Kenapa, Ra?" tanyaku memastikan kata-katanya.
"Enggak, gak biasanya aja kamu bengong pas pelajaran dia" sambil ia menggerakkan kepalanya menunjuk Pak Mus, guru matematikaku. Aku lihat di sebelah Sara, Rana mengangguk-ngangguk tanda setuju.
Akhirnya ia pun bertanya, "Lo kenapa sih Dam? Gak putus beneran kan?"
"Kan tadi gue udah bilang bercanda..."
"Yeee, siapa tahu bohong," jawabnya.
"Suer, sumpah, beneran kok, masih lanjut."
"Ya sudah, baguslah.. Kalo gitu jangan bengong-bengong lagi," kata Sara seraya ia tersenyum.
"Iya, iya.." jawabku berusaha meyakinkan mereka aku tidak apa-apa. Walaupun sebenarnya pikiranku berkelana kemana-mana. Aku hanya berharap senyumku tidak terlihat palsu.

No comments:

Post a Comment