Sahabat bagiku hanya ilusi. Dulu, tepatnya. Karena sekarang aku punya mereka, Sara dan Damar. Mereka yang mengisi hari-hariku dan mengubahnya menjadi pengalaman-pengalaman yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, saat aku masih terkurung dengan kesendirian. Kesendirian karena ditinggalkan dan meninggalkan terlalu sering. Sampai di titik ini, aku merasa enggan untuk beranjak sekali lagi. Aku memilih untuk diam, memilih untuk menetap sejenak. Setidaknya untuk menyisakan bekas-bekas yang berarti dalam hidupku ini. Dan sejak menginjak usia dewasa, aku, Ranaya Adinda, memiliih untuk tinggal jauh dari kedua orangtuaku.
***