***
Aug 10, 2014
#6 : Dia dan Dia
Aku pikir dulu ia mencintai sahabatku. Ah, bukan Gar, dia bukan sahabat lo lagi, rutukku sendiri. Tetapi kesediaan gadis itu untuk menjadi kekasihku sudah menjadi bukti bahwa dugaanku salah. Entah mengapa, belakangan ini bayangan tentang dia berkelana di pikiranku. Padahal aku sudah berpaling, aku sudah melupakan segalanya yang terjadi 1-2 tahun silam. Atau mungkin karena aku belum pernah memaafkan diriku, Dominikus Digar Nughoro, karena torehan masa laluku sendiri.
Jun 3, 2014
#5 : Masa Lalu
"Lo gak bisa main tonjok gitu aja dong Dam!" bentak Sara tepat di depan mukaku.
"Tapi Ra...dia..." aku membela diri hendak memberikan penjelasan padanya, tetapi ia segera menyela omonganku, "Gue gak peduli lo mau ngomong apa! Gue kira lo sahabat gue, tapi lo malah nyakitin orang yang gue sayang..! Lo tega Dam.."
"Raa...gue gak maksud sama sekali..."
"Pergi Dam. PERGI!"
"Tapi Ra...dia..." aku membela diri hendak memberikan penjelasan padanya, tetapi ia segera menyela omonganku, "Gue gak peduli lo mau ngomong apa! Gue kira lo sahabat gue, tapi lo malah nyakitin orang yang gue sayang..! Lo tega Dam.."
"Raa...gue gak maksud sama sekali..."
"Pergi Dam. PERGI!"
***
Apr 28, 2014
#4 : Sebuah Senyum
"Ra, ayoo kantin Raa..."
"Iya sabar Ran, baru juga bel.. Loh Damar mana?" tanyaku heran seraya melihat bangku di depanku tak berpenghuni.
"Udah keluar..tau tuh tadi langsung loncat keluar"
"Ohh..."
"Ayoo ah..nanti kalo ngantri gue males Ra.." kata Rana sembari menarik tanganku.
"Iya sabar Ran, baru juga bel.. Loh Damar mana?" tanyaku heran seraya melihat bangku di depanku tak berpenghuni.
"Udah keluar..tau tuh tadi langsung loncat keluar"
"Ohh..."
"Ayoo ah..nanti kalo ngantri gue males Ra.." kata Rana sembari menarik tanganku.
***
Apr 1, 2014
#3 : Isi Hati Rana
Sahabat bagiku hanya ilusi. Dulu, tepatnya. Karena sekarang aku punya mereka, Sara dan Damar. Mereka yang mengisi hari-hariku dan mengubahnya menjadi pengalaman-pengalaman yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, saat aku masih terkurung dengan kesendirian. Kesendirian karena ditinggalkan dan meninggalkan terlalu sering. Sampai di titik ini, aku merasa enggan untuk beranjak sekali lagi. Aku memilih untuk diam, memilih untuk menetap sejenak. Setidaknya untuk menyisakan bekas-bekas yang berarti dalam hidupku ini. Dan sejak menginjak usia dewasa, aku, Ranaya Adinda, memiliih untuk tinggal jauh dari kedua orangtuaku.
***
***
Mar 24, 2014
#2 : Keresahan Damar
Entah mengapa, aku tidak bisa menerima bila Kiera mengeluarkan kata 'putus', yang mungkin sudah kesekian kalinya. Sekalipun sudah berulang kali Sara menjajakkan nasehat-nasehatnya, dan sudah berulang kali hatiku menyetujui untuk berakhir, tapi akhirnya aku memilih untuk bertahan dengan gadis yang menjadi kekasihku sejak di bangku SMP. Gadis yang cerdas, periang, tapi pencemburu. Sangat.
Lucunya, ia bagaikan kedua sahabatku menjadi satu tubuh dan jiwanya. Pribadi Kiera terbagi dalam diri Sara yang pintar dan Rana yang supel. Kiera tidak menyukai kedekatanku dengan keduanya, tapi aku bersikap tak acuh dengan hal itu. Padahal, seorang Airlangga Damar Putra bukanlah orang yang suka dikekang, apalagi dilarang, tetapi malah bertahan dengan gadis ini. Tetapi apa benar aku ingin berakhir karena sikap Kiera, ataukah ada alasan lain yang belum mau diakui hatiku?
Lucunya, ia bagaikan kedua sahabatku menjadi satu tubuh dan jiwanya. Pribadi Kiera terbagi dalam diri Sara yang pintar dan Rana yang supel. Kiera tidak menyukai kedekatanku dengan keduanya, tapi aku bersikap tak acuh dengan hal itu. Padahal, seorang Airlangga Damar Putra bukanlah orang yang suka dikekang, apalagi dilarang, tetapi malah bertahan dengan gadis ini. Tetapi apa benar aku ingin berakhir karena sikap Kiera, ataukah ada alasan lain yang belum mau diakui hatiku?
***
Mar 17, 2014
#1 : Imaji Sara
Kalau bukan bersama mereka, aku tak tahu lagi harus bagaimana menjalani hari-hari terakhirku di tempat ini. Semenjak aku kenal keduanya, aku sudah sangat terbiasa dengan keberadaan mereka. Hilang satu seperti kehilangan sepertiga jiwa. Mungkin terdengar berlebihan, tapi itulah arti mereka bagi seorang aku.
Dulu, aku sering hilang ditelan keramaian karena imajinasiku sendiri. Aku terlalu sering asyik dengan duniaku sendiri sebelum akhirnya membawa mereka, dua orang itu, masuk ke dalam dunia dongeng seorang Sara Ernesia.
***
Feb 26, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)